Tergerusnya Kearifan Lokal perusahaan pembibitan ayam terbesar di dunia yang berlokasi di Jerman

<u1>perusahaan pembibitan ayam terbesar di dunia yang berlokasi di Jerman telah berhasil menciptakan galur ayam dengan produksi tertinggi di dunia, yaitu 360 butir telur per ekor per tahun. Ini berarti hanya ada 5 hari saja ayam tersebut tidak bertelur. Era keemasan perlombaan menciptakan galur dengan produksi tinggi tampaknya akan segera berakhir. Para animal right activist dan green activist yang berhasil masuk ke dalam parlemen di berbagai negara di Eropa telah mengubah arah perkembangan pembibitan ayam ke depan. Ayam yang dikandangkan secara individual dianggap suatu bentuk penyiksaan yang tidak dapat ditolerir, sehingga mulai tahun 2012 semua ayam tidak boleh lagi dipelihara secara individual dengan ruang gerak yang sangat terbatas. Dalam sistem pemeliharaan yang baru ayam harus dilepas dan memiliki ruang yang cukup untuk bergerak dan dilengkapi dengan tempat bersarang dan meletakkan telur persis seperti yang telah dipraktekkan oleh nenek moyang kita dan juga para peternak di pedesaan. Ada yang menarik dari perubahan sistem ini, ayam yang tadinya dipelihara secara mandiri begitu dikumpulkan saling mematuk dan terjadi kanibalisme. Sebagai akibat produksi telur yang tinggi tersebut menurun secara drastis akibat stress. Pada saat ini seleksi pada ayam petelur tidak lagi ditujukan semata-mata pada produksi yang tinggi, akan tetapi lebih kepada daya adaptasinya pada pemeliharaan secara diumbar. Kita bertanya tanya pada diri kita sendiri, mengapa mereka meniru teknik beternak secara ekstensif seperti yang diterapkan oleh nenek moyang kita?

Jika kita mengunjungi wilayah pertanian di pedesaan, akan sangat jarang sekali kita melihat petani menggunakan kerbau untuk membajak sawahnya. Sawah akan didominasi oleh "Kerbau Jepang bermesin" alias traktor tangan yang menurut anggapan petani lebih praktis dan lebih cepat. Kondisi seperti ini tidak hanya terjadi di Indonesia akan tetapi terjadi di hampir semua Negara Asia yang mengandalkan kehidupannya pada bidang pertanian. Masuknya era mekanisme pertanian dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama telah mengubah perilaku petani dan secara signifikan menurunkan populasi kerbau dunia. Kearifan lokal yang diwariskan oleh nenek moyang kita jauh lebih unggul dan lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan teknologi modern. Kotoran kerbau dapat sekaligus menjadi pupuk dan penggunaan kerbau jauh dari perilaku konsumtif. Jika petani memelihara kerbaunya dengan baik, kerbau akan dapat dikawinkan dan beranak, sedangkan penggunaan traktor jika sudah sampai akhir masa pakainya akan berubah menjadi onggokan besi tua, disamping itu penggunaan bahan bakar akan mencemari lingkungan. Pergeseran budaya bertani ini telah mendorong FAO untuk mendirikan buffalo village di Thailand untuk mengembalikan kejayaan bertani yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Dua contoh di atas merupakan contoh kearifan lokal yang tergerus arus kemajuan jaman yang menghendaki serba cepat dan serba instan. Namun demikian, masih banyak lagi kearifan lokal yang masih dapat bertahan dan melekat di kehidupan masyarakat. Sistem pertanian subak di Bali, sistem pelestarian hutan oleh suku-suku pedalaman, sistem pengaturan mencari ikan di pedalaman Papua, sistem penetasan telur ayam dengan menggunakan gabah dan gerabah di Nusa Tenggara, sistem pengelolaan tanah ulayat yang berkelanjutan dan lain-lain terbukti dapat diterapkan sejalan dengan kehidupan modern. Manusia modern seharusnya menyadari bahwa kearifan lokal itu bukanlah merupakan suatu yang ditemukan dan dikembangkan oleh para nenek moyang kita secara instan. Kearifan lokal ini dikembangkan dalam waktu lama dan selaras dengan pelestarian lingkungan.

Budaya instan dan serba cepat ini telah meracuni generasi muda sejak mereka dalam buaian ibunya. Lihat saja berbagai merek susu formula, berbagai bentuk peralatan dan permainan yang menggiring anak-anak kita hanya sebagai pengguna saja. Anak-anak modern dengan girangnya bermain perang-perangan dengan berbagai senjata mainan plastik, robot-robot bermesin dengan bunyi dan kilatan lampu yang sangat menarik. Mereka sudah berubah menjadi generasi pengguna yang konsumtif. Pernahkah kita berpikir dan membandingkan kehidupan kita semasa anak-anak dengan anak-anak kita saat ini. Ada sesuatu yang esensial yang hilang, yaitu daya kreasi mencipta dan sistem daur ulang. Dalam alam pikiran anak-anak kita tidak pernah terbersit bagaimana caranya membuat senapan dari pelepah pisang yang mengeluarkan bunyi-bunyian, mereka tidak pernah berpikir bagaimana membuat mobil-mobilan dari kulit jeruk Bali, mereka tidak pernah berpikir bagaimana cara membuat pesawat dari ilalang atau membuat layang-layang yang gesit di udara dan lain-lainnya.

Sebagaimana hukum alam, dunia berputar, jaman dan budaya pun juga mengalami siklusnya. Dunia Barat yang kita kagumi secara membabi buta sekarang mengalami siklus back to nature dengan lebih mempertimbangkan pelestarian lingkungan dan proses pendidikan alamiah seperti yang pernah diajarkan oleh para leluhur kita. Sebaliknya kita sedang menuju kehidupan modern yang telah mulai ditinggalkan oleh dunia barat. Sungguh suatu ironi jika di jaman yang serba instan ini kearifan lokal yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita ditiru oleh dunia barat, sedangkan kita secara perlahan tapi pasti meninggalkan kearifan lokal ini yang merupakan warisan budaya yang tidak ternilai harganya. Ciri khas orang Indonesia dan santun, memegang teguh norma, penuh senyum dan ramah sudah mulai luntur tergerus derasnya arus globalisasi yang miskin makna. 


Prof. Ronny Rachman Noor, Ir, MRur.Sc, PhD
Research and Community Services Institute - Bogor Agricultural University
ronny_noor[at]yahoo.com<u/1>

1 Komentar untuk "Tergerusnya Kearifan Lokal perusahaan pembibitan ayam terbesar di dunia yang berlokasi di Jerman"

  1. semarak perkembangan jaman yang terus tergerus dengan budaya barat. mungkin ini salah satu kendala bagi seluruh rekan-rekan yang berada di tanah air. sifat malas dan praktis yang membuat masyarakat kita seperti ini. dan kurangnya tenaga ahli pada tiap bidangnya. mungkin ini sebagai koreksi kita bersama
    this page

    BalasHapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel